HADROTUSY SYAIKH KH.SYUKRON MA`MUN

|


ADALAH SOSOK PANUTAN UMMAT DAN MURIDNYA
Kalau saja tidak bercita-cita jadi kyai, KH. Syukron Ma'mun barangkali menjadi guru SD. Selepas sekolah guru di Madura, anak kedua dari 14 bersaudara ini akhirnya mengabaikan SK pengangkatan sebagai guru dan memilih memperdalam agama Islam. Hal ini memang sesuai dengan keinginan ayahnya, seorang kyai.

Photo Kyai Syukron MakmunDi Pesantren Salafiah, Pasuruan, Jawa Timur, beliau menimba ilmu dari kitab kuning selama dua tahun, kemudian melanjutkan ke Pesantren Gontor, Ponorogo. Setelah sembilan tahun di Gontor-lima tahun menimba ilmu, empat tahun mengajar-anak Sampang Madura itu masuk Institut Darusalam, masih di Gontor. Ia sarjana angkatan pertama dari perguruan Gontor. Kelak di kemudian hari, ilmu yang ditimba dari dua pesantren itu dikombinasikan di Pesantren Daarul Rahman, Jakarta, yang dipimpinnya.

Hijrahnya dari Gontor ke Jakarta berkat ajakan KH. Idham Khalid, menteri agama dan juga Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama di zaman Presiden Sukarno. Tinggal satu rumah dengan Kyai Idham, kyai Syukron berkesempatan belajar politik dan organisasi darinya. Saat itu ada keinginan untuk pergi keluar negeri. Tapi, karena mulai sering sibuk dalam kegiatan sosial, katanya, "Akhirnya saya memutuskan berkecimpung di masyarakat saja, ke masjid-masjid." Dalam benaknya, walaupun belajar ke luar negeri seperti ke Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, pulangnya ke masjid juga.

Jalan lempang untuk mendirikan pondok pesantren terbuka setelah menikah dengan Afifah Noer, pada 1971 Oleh H. Abdurahman Naedi, orang Betawi asli yang punya tanah luas, beliau diberi lahan di Jalan Senopati, Jakarta Selatan. Di atas tanah itu, beliau dan rekan-rekannya yaitu, KH. Antung Ghozali, BA (Senior beliau Di Gontor), KH. Abdul Qodir Rahman (Putra H. Abdurrahman Naedi), KH. Masyhuri Baidlowi, MA memulai dengan membangun madrasah ibtidaiyah, kemudian pada 1975 beliau mendirikan (dan sekalian mengasuh) Pondok Pesantren Daarul Rahman. Pesantren ini menggunakan sistem pendidikan gabungan antara kurikulum Pesantren Salafiah (tradisional) dan Pesantren Gontor, Ponorogo(modern).

Dari Gontor beliau memperoleh kemahiran berbahasa Arab dan berbahasa Inggris serta cara-cara berorganisasi, sedangkan dari Salafiah beliaau mendalami kitab-kitab kuning. Tapi, karena menggunakan kurikulum sendiri dan tidak ikut ujian negara, ijazah dari Daarul Rahman tidak diakui pemerintah Orde Baru. Barulah setelah melalui perjuangan panjang, Menteri Pendidikan Nasional di zaman reformasi, Malik Fajar, mengeluarkan SK bahwa Daarul Rahman tidak usah ikut kurikulum pemerintah, tidak usah ikut EBTA /EBTANAS, cukup menjalankan kurikulum yang ada di Pondok tapi ijazahnya disamakan sebagai ijazah negeri.

Dalam pandangan Pak Kyai Syukron, penyeragaman kurikulum dapat mengakibatkan orang mengabaikan kualitas. "Mestinya pemerintah membebaskan kurikukum, baru nanti pemerintah yang melaksanakan ujian negara," katanya. Ia pun mencontohkan Universitas Al-Azhar dan California University (Amerika Serikat) yang tidak menggunakan kurikulum pemerintah, tapi berpacu untuk maju hingga diakui oleh masyarakat. "Yang paling penting bagi pendidikan adalah pengakuan masyarakat," ia menegaskan.
Saat ini, selain tetap mengasuh Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, Depok, dan Bogor, beliau aktif di organisasi politik mulai partai NU (Nahdlatul Ulama), beliau termasuk pendiri PPP, pada tahun 1998 mendirikan PNU (Partai Nadlatul Ummah) kemudian berganti baju menjadi PPNUI, dan pada tahun 2008 beliau pulang kandang ke PPP atas permintaan Ketua Umum PPP dengan MoU.

Pendiri dan mantan Ketua Umum Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) Kyai Haji Syukron Makmun ternyata beliau sosok pemimpin yang bersahaya dan tidak rakus kekuasaan dan jabatan, " Saya mendirikan partai politik bukan untuk mencari kekuasaan atau jabatan, tapi untuk berdakwah bagaimana cara berpolitik yang santun dan berakhlak" katanya. Dan tatkala beliau diminta untuk bergabung kembali ke rumah PPP, beliau tidak asal bergabung ke Partai Persatuan Pembangnan (PPP). Ada MoU atau perjanjian yang harus disepakati bersama.
"Saya masuk ke PPP pakai MoU jadi tidak sembarangan. Karena saya prihatin dengan puluhan partai yang ada saat ini banyak partai Islam yang justru masih partai kecil, jadi suaranya tak bisa bersatu untuk pembaharuan," tutur KH Syukron Makmun seusai jumpa pers di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Jakarta, hari ini (Jum`at, 23 Januari 2009, red).

Adapun isi Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati, yang
-Pertama supaya PPP konsisten dengan visi dan misinya.
-Kedua, agama dalam hal ini agama Islam hendaknya tak dijadikan alat bagi parpol untuk memperoleh suara.
-Ketiga, saya ingin PPP melakukan penyegaran, artinya dalam hal kepengurusan ada regenerasi, ada jangka waktu dari pengurus yang menjadi anggota legislatif yakni 2 atau 3 periode saja," tegas Kyai Syukron Makmun.

Melalui partai yang berlandaskan Islam ini, ia ingin mengabdi pada negara dengan memberikan masukan di bidang hukum, ekonomi, dan lain-lain. Menurut dia, secara ekonomi, Indonesia sudah sangat bergantung pada luar negeri. Soal penegakan hukum yang belum juga membaik, ia berpendapat bahwa hukum di Indonesia, yang merupakan warisan kolonial Belanda, sudah tidak berwibawa. "Makanya buat hukum alternatif yang berwibawa," katanya, lalu melanjutkan, "insya Allah, hukum yang berwibawa itu hukum Islam."

Walau demikian, ia merasa tidak perlu mendirikan negara Islam. Yang penting, kata pendiri IPNU Sampang ini, bagaimana syariat Islam itu berlaku.

Sebagai pemimpin, kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban. "Orang-orang Islam itu seharusnya takut jadi pemimpin, kalau dia mengerti," ujarnya. "Dalam Islam, kalau dipercaya jadi pemimpin jangan ditolak. Tapi jangan pula meminta, karena tanggungjawabnya berat."

Beliau tidak berniat berbisnis. Katanya, asal bisa hidup dengan keluarga itu sudah cukup. "Tidak membayangkan menjadi konglomerat, bukan bakat saya," ujarnya.

Meski sibuk, ia merasa tak ada masalah dengan pengaturan waktu. "Dakwah jalan. Keluar negeri, jalan," tuturnya. Demikian pula dengan mendidik anak-anaknya. "Saya di rumah sebagai suri teladan, bagaimana saya shalat, mengajar, kan semua suri teladan bagi anak-anak saya."
kirim ke teman

Berita "Profil Alumni" Lainnya
ulProfil Alumni : Mughni-Munif Resmi Pimpin PCINU Pakistan
ulProfil Alumni : Lebih Jauh Mengenal Faiz Syukron Makmun, Lc
ulDr HM Ilyas Marwal, MA dan Wisata Spritual
Loading
Komentar Pengunjung
6. keihlasan KH. sukron ma'mun dalam berdakwah
Ip : 125.161.143.13
Sabtu, 28 Agustus 2010 07:59:44 - Oleh : fathurrosi alfarisi
saya bersukur kepada allah pada zaman sekarang masih ada seorang kiai yang ikhlas dalam menegakkan agama allah tampa memandang situasi dan kondisi ,saya sedikit cerita tentang keihlasan beliau dalam berdakwah: pada tgl 09 sawwal tahun 2009 kiai sukron ma'mun diundang oleh seorang petani yang ada di madura bertepatan di kampung tapi herannnya seorang kiai yang besar kehormatannya tidak segan segan menghadirinya untuk berdakwah untuk menegakan kalimatullah (tidak memandag kondisi dan siapa yan

5. Jayalah Islam
Ip : 125.161.135.248
Selasa, 30 Maret 2010 05:17:34 - Oleh : Dr H Abd AdhimMA
Jayalah Islam Jayalah KH. Syukron Ma'mun, semoga beliau selalu dalam lindungan Allah dalam membangunkan ummat yang sedang terlelap dalam tidur dan semoga diberkahi kesehatan & umur yang panjang dalam meneriakkan amar makruf nahi munkar menata dunia dg Islam rahmatan lil alamin. A. Adhim (santri KH.Syukron Ma'mun) alumni PP.Sidogiri1985

4. seputar KH Syukron
Ip : 125.166.97.131
Selasa, 25 Agustus 2009 11:42:19 - Oleh : abdulrofiq
KH Syukron adalah sosok pemimpin yang baik, berwibawa dan bijaksana. karenanya beliau sangat mencintai anak-anak asuhan beliau.

3. guruqu tercinta
Ip : 82.114.160.37
Sabtu, 15 Agustus 2009 21:23:25 - Oleh : sholeh aljambie
ya allah...panjangknlah umur guruqu...dn lindungilah dalam perjuanganya utk menegakkan agamu yaa allah..serta dlm meneruskn estafet nabimu..amin....

2. just for KH Syukron Ma'mun
Ip : 202.93.239.195
Selasa, 4 Agustus 2009 13:36:17 - Oleh : carman ansari
ass...sudah jauh saya mengenal beliau tentang keikhlasan dalam berdakwah dan sikap konsistennya dalam berpolitik...namun besar keinginan lebih dalam untuk bisa banyak belajar dengan beliau khususnya yang berkaitan dengan Islam dan Politik...47 tahun dalam dunia dakwah, membuat saya ingin menulis sedikit profil KH Syukron Ma'mun tentang perjalanannya dalam dunia dakwah hingga terjun dengan mendnirikan partai politik.

0 komentar:

copy right by andals-dr18.blogspot.com. Diberdayakan oleh Blogger.